Senin, 20 April 2009

KISAH PERNIKAHANKU


Bulan Juni tahun 1998 liburan sekolah sudah di mulai proses belajar- mengajar pun diliburkan aku yang sudah lama tidak pulang Jawa entah kenapa liburan pada tahun tersebut berkeinginan kuat untuk pulang, akhirnya dengan menaiki KM Kambuna aku berangkat dari pelabuhan Bitung (sulawesi Utara) menuju tanah jawa yang memakan waktu empat hari lima malam aku berangkat bersama dengan ibuku.
Suasana jawa apalagi pedesaan terasa mengesankan rasa kekeluargaan antara warga desa masih sangat kental, begitu juga desaku Tawangrejo di kota Madiun di saat aku duduk2 di emper kayu muka rumah waktu pagi setiap orang selalu menyapa
“Monggo Mbah “
Disaat duduk-duduk santai seperti itu tiba2 mbahku bertanya
“Umurmu piro le ?
“29 mbah “
“ La nyapo kowe durung duwe bojo?
“ Mboten enten ingkang kerso kalih kulo mbah” jawabku sekenanya
“Mosok to le, Tak golekne piye ?
“ La menawi cocok , monggo to mbah”
Mendengar jawabanku itu mbah kakungku hanya senyam senyum, besoknya kulihat mbah kakung, mbah putrid dan ibuku seperti diskusi aku yang duduk tidak jauh dari situ sempat dengar
“kiro-kiro sopo sing cocok yo dijodohne karo Totok?
Mbah putri langsung menjawab dengan menyebut beberapa nama yang bisa masuk nominasi, aku hanya senyum-senyum . Setelah ngobrol kulihat mbah kakung dan mbah putri berjalan menuju kerumah tetangga yang jaraknya 150 m dari rumah mbah.
Malam habis magrib kulihat ada tamu yang mencari mbah, mereka ngobrol ngalor ngidul sampai aku dengar tamu itu bertanya
“ la bocahe endi ?
Embahku menunjuk padaku yang tidak tahu apa2, aku hanya bisa menghormat menganggukan kepala
Beberapa hari kemudian entah mbahku dari mana setelah sampai duduk di emper beliau memanggil aku
“ Tok reneo le!
“Wonten nopo mbah? Kataku sambil duduk di sebelahnya
“ iki lo le bocah sing ape tak jodohne karo kowe “ kata mbah sambil menyodorkan sebuah foto. Aku ambil foto tersebut sambil terheran-heran ternyata acara perjodohan ini serius pikirku setengah tak percaya. Aku amati foto tersebut “cantik berjilbab”
“ Bocahe iki lulusan Aliyah, anak ragile mbok Sukilah karo pak Sam yo jek kenek dulur karo kene, pak sam kuwi wis tak anggep adikku dewe, bocah kuwi nek di urut2 yo pernahe jek bulekmu” mbahku menjelaskan tanpa aku minta “Jadi ponakan dapat tante nih ceritanya” pikirku lucu
“Bocahe apik le, rajin sholat, wis to ora getun koe, aku ngerti tenan” lanjut mbahku
Dari foto dan cerita mbahku itu, aku berpikr mungkin ini sudah jalan Allah, apalagi yang dicari cantik, Sholeh dan baik

BERSAMBUNG

LELA LEDUNG

Tak lela lela lela ledung
Cep meneng ojo pijer nangis
Anakku sing bagus rupane
Yen nangis ndak ilang baguse

Tak gadang bias urip mulyo
Dadio satrio utomo
Ngluhurke asmane wong tuo
Dadio pendakaring bangsa

Wis cep meneng anakku
Kae bulane ndadari
Kaya ndas buto nggilani
Lagi nggoleki carane

Tak lela lela lela ledung
Enggal menengo yo cah bagus
Tak emban slendang batik klawu
Yen nangis mundak gawe bingung



Lagu yang sering ku nyanyikan ketika anakku yang pertama lahir harapanku terkandung pada lagu itu

URIP

Yen urip mung dadi siksaning pangimpen
Kreteg marang sabrang pepesten
Ya ben ta maneka warna tangsah nggoda
Ya ben ta petenge wengi nyebar sepi-sepi

Ora ono nendra nganti ilange wengi
Uga yen ta awan mengko kari wewayangan
Teka mbaka siji lang ngilang kahanan bakal dak sinau dak sandang
Lan aku terus lumaku lan mbanjang

Teneh apa, apa maneh sing mesti diranti
Teneh apa, apa maneh sing perlu ditunggu
Kabeh wis dadi awu uga omahku kelawu

Aku sing pinasti urip lan mati
Ngupaya jarwa antaraning urip lan mati
Jroning urip ngubaya pati

Anie Sumarno (1964)

KISAH INDEKOS DI TONDANO

Sebetulnya ini kisah yang sudah lama sekali sekitar 16 tahun yang lalu kisah suka duka kos-kosan waktu masa kuliah di Tondano (sulawesi Utara), sebelumnya aku tinggal di Manado karena perkuliahanku sudah selesai dan tinggal mengurus skripsi dan Ujian sarjana dan IKIP Manado baru setahun berlokasi di Tondano sebelumnya di Manado jadi urusanku banyak di Manado, karena dosen-dosennya kabanyakan tinggal di Manado,tapi setelah dekat2 selesai urusan banyak di fakultas sehingga aku putuskan cari kos-kosan eh ketemu wardi dia tawari kos bersama jadilah. Teman satu kosku waktu itu ada tiga orang Wardi, Hadi dan Edi , aku dan Wardi satu fakultas (MIPA) sedang Hadi dan Edi mereka satu fakultas (FPOK) aku sekamar dengan Wardi, Hadi dan Edi kamar sebelah lokasi tempat kos kami jauh dari kampus sekitar 10 km, letaknya dipinggir Persawahan . Untuk menuju kampus kami harus naik kendaraan umum atau kalau lagi mau hemat lewat jalan potong melalui persawahan dengan resiko sepatu kotor.
Seperti diketahui Sulawesi Utara penduduknya mayoritas Nasrani begitu juga di Tondano Masjid di Tondano waktu itu hanya ada dua itupun jaraknya jauh, harus naik kendaraan sekitar 15 km, boleh juga kalau mau jalan kaki sambil olahraga tapi sekali-kali. Jika hari jumat kami berempat Sholat Jum’at di masjid tersebut sekalian belanja kebetulan tempatnya dekat pasar biasanya sih hanya beli ikan laut, untuk sayurnya kami cari di persawahan, kebetulan didepan tempat kos-kosan disamping di tanam padi juga di tanam kangkung ya kalau ada orangnya minta saja pasti di kasih , kalau tidak ada orangnya cukup berteriak “ Om minta kangkungnya ya ? di jawab sendiri “Ambil Jo! Sudah langsung petik (Jangan ditiru dosa ). Jadi makanan kami yang paling sering yaitu sayur Kangkung dan saus Ikan laut (murah meriah).
Tondano adalah daerah pegunungan yang hawanya sangat dingin, air mandinya seperti Es kami tidak berani mandi lewat jam 5 sore takut beku, kalau pagipun tunggu ada Matahari baru mandi. Kalau malam apalagi dinginnya minta ampun, aku ,Wardi, Hadi dan Edi kalau tidur sudah pakai jaket tebal celana panjang tebal kerupan Sarung lagi, tiap hari begitu, tapi lama-lama kami terbiasa (Jaketan dan kerukupan sarung).
Aku kos di Tondano tidak lama ± 3 bulan karena aku keburu Ujian sarjana dan wisuda (Maret 1993) langsung ke Manado mengadu nasib kebetulan ada tawaran mengajar di pondok pesanten putri Assalam sejak saat itu aku tidak tahu kabarnya teman2 satu kosku itu yang aku dengar Wardi setelah Wisuda ke Jawa Barat ikut kakaknya sedang Hadi dan Edi belum Tahu kabarnya yang pasti dimanapun mereka mudah-mudahan Selalu dalam lindungan Allah swt.
Buat teman-teman ku
Suwardi, Hadi dan Edi
NB. Tanggal 16 April 2009 aku terima Email dari mbak Siti Rochmah di Banten, dia memberi komentar tentang blog tombo kangen yang aku tulis, Akhirnya emailpun berbalas pantun dan tidak disangka mungkin sudah kehendak Allah swt ternyata mbak Siti Rochmah ini adalah Istri dari Suwardi (Wardi) teman kosku satu kamar yang aku ceritakan di atas, terima kasih Ya Allah terima kasih Mbak Siti kau sambung lagi Ukhuwah diantara kami